[dentistry.unsoed.ac.id, Min, 08/07/2018] Dr. dr. Lantip Rudjito, M.Si., Med, dosen Fakultas Kedokteran UNSOED jadi narasumber dalam Diskusi Panel Globin Challenge 2020 (GG 2020) di Penang Malaysia. Kegiatan yang berlangsung pada 7-8 Juli kemarin ini, merupakan salah satu program Human Variome Project (HVP) yang membantu mengoleksi dan menyatukan data tentang mutan dan aspek klinis pasien thalassemia di seluruh dunia. Reportase database dari seluruh dunia akan memetakan mutasi genetik penyakit thalassemia untuk kemudian mecari solusi yang tepat dalam penanganan klinisnya.
Pada kesempatan tersebut, Dr. dr. Lantip Rudjito, M.Si., Med sebagai salah satu perwakilan dari Negara Indonesia menyampaikan materi tentang Chalenge in Thalassemia Management in Indonesia. Disampaikannya, pandangan dan update terkini dari kondisi program pencegahan dan penanganan klinis thalasemia di Indonesia.
Thalassemia sendiri adalah salah satu kondisi klinis akibat ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi hemoglobin normal dalam tubuhnya. Indonesia merupakan salah satu daerah endemik thalassemia dengan kisaran angka pembawa sifat thalassemia atau karier sejumlah 3-10%. Di Banyumas terdapat salah satu pusat penanganan klinis thalassemia yang berlokasi di RSUD Banyumas. Penyakit ini membutuhkan penanganan yang kontinyu sepanjang hidup pasien mulai dari usia awal kehidupan sampai akhir hayat hdupnya. Penanganan klinis penyakit thalasemia membutuhkan biaya yang sangat besar dan menyedot anggaran asuransi kesehatan BPJS pada tingkat yang mengkhawatirkan yaitu sampai pada posisi 5 besar. Ketidaktahuan atau ketidaksadaran masyarakat terhadap pencegahan penyakit thalassemia ini akan membuat biaya klinis akan semakin memberatkan.
Lebih lanjut, beliau memberikan gagasan tentang Program Banyumas Goes to Zero 2030. Program ini menjadi tema alternatif yang disampaikan dari segi aspek upaya edukasi massal dan penyadaran mandiri secara kolektif akan pentingnya menghindari penyakit thalassemia ini. Upaya kesadaran massal dimulai dari tingkat eksposure atau paparan istilah thalassemia di semua kalangan. Fakta di lapangan menyebutkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat tentang thalassemia masih sangat rendah, padahal kondisi thalasemia ada di sekitar mereka. Hal ini diperkuat dengan fakta bahwa distribusipasien thalassemia terdiri atas berbagai kalangan berupa petani, pedagang, pegawai pemerintah, bahkan dosen dan tenaga kesehatan seperti dokter dan perawat kesehatan. Dengan tingkat pembawa karier 8 % untuk wilayah Banyumas, tanpa upaya aktif akan menghasilkan pasien thalassemia dengan jumlah yang signifikan. Hal ini terlihat dari jumlah 65 tahun 2010 an sekarang menjadi hampir 500 pada tahun 2018 an.
Diakhir disuksi GG2020, disepakati sejumlah poin yaitu bahwa pencegahan thalassemia harus menjadi ujung tombak penyelesaian masalah thalassemia dan menjadi program wajib bagi pemerintah. Pertemuan juga mengharapkan adanya upaya untuk mebangun database thalassemia di seluruh dunia untuk kemajuan penelitian dan penanganan thalassemia.
Maju terus pantang mundur, Tidak kenal menyerah !