[dentistry.unsoed.ac.id, Sab, 04/08/2018] Bertempat di Puskesmas Karanglewas, pada tanggal 4 Agustus 2018, Tim thalassemia Fakultas Kedokteran (FK) Unsoed yang kali ini diwakili oleh Dr.dr. Lantip Rujito, M.Si.Med dan Dr.dr. Qodri Santosa, SpA, M.Si.Med menyelenggarakan pelatihan deteksi karier thalassemia bagi para bidan di wilayah Banyumas. Dalam penjelasannya dr. Lantip kembali memgingatkan bahwa Banyumas merupakan salah satu wilayah endemik thalassemia dengan peningkatan jumlah pasien dalam kurun waktu 8 tahun hampir 1000% atau 10 kali lipat.
Hal ini terlihat dari jumlah pasien 65 orang pada tahun 2009, kini RS Banyumas merawat tak kurang dari 450 orang pasien. “Angka ini dipastikan akan meningkat seiring waktu karena sampai saat ini tidak atau belum adanya langkah terprogram terkait pencegahan secara massal oleh pemerintah”, ungkapnya.
Jumlah pasien thalassemia mayor yang membutuhkan perawatan tersebut adalah imbal hasil dari ketidaktahuan masyarakat atau ketidaksadaran masyarakat untuk memeriksakan diri sebelum menikah apakah dirinya membawa gen mutan thalassemia atau tidak. Maka tidak heran jika di antara keluarga pasien thalassemia berasal dari berbagai profesi seperti PNS, pedagang, pengusaha, dosen, bahkan dikalangan pelaku kesehatan seperti dokter, perawat, dan bidan.
Lebih lajut dr. Lantip menyatakan bahwa tingkat pembawa mutan di Banyumas mencapai angka 8 % dari individu yang sehat, artinya dari 100 orang individu yang merasa sehat, sejatinya 8 orang di antaranya adalah pembawa gen mutan yang bisa jadi akan diturunkan kepada anaknya kelak. Pelatihan pencegahan thalassemia kepada bidan di wilayah Banyumas menitikberatkan kepada upaya penemuan karier thalassemia secara sederhana dengan perangkat yang bisa diakses oleh masyarakat atau bidan dengan mudah. Dr. Lantip menyebutkan pentingnya para bidan aware atau sadar dalam praktek keseharian mereka untuk memperhatikan nilai angka pemeriksaan darah rutin berupa Hb, MCV, dan MCH. “Jika Hb normal atau sedikit turun tetapi MCV dan MCH turun bisa jadi mereka adalah pembawa sifat thalassemia, tentu dengan menyingkirkan penyebab lain semisal kekurangan zat besi”, jelasnya.
Pemeriksaan ini juga bisa dilakukan secara mandiri oleh individu dengan melakukan tes secara voluntary. Secara mudah individu sehat bisa request untuk melakukan tes darah rutin di puskesmas atau lab swasta dan memperhatikan tiga paramater tersebut untuk periksa mandiri. Jika nilainya turun dari normal sangat disarankan untuk konsultasi kepada dokter atau memeriksaan secara mandiri pemeriksaan lanjutan yaitu Hemoglobin elektroforesis yang saat ini sudah ada di RS Margono.
Narasumber kedua Dr.dr . Qodri Santosa, SpA, M.Si.Med menyatakan bahwa jangan sampai anak turunan kita akan menderita thalassemia. Boleh jadi saat sekarang kita merasa sehat tetapi tanpa mengetahui status karier thalassemia pada diri kita, anak turunan kita akan berisiko membawa mutan jika ternyata kita adalah pembawa. Beliau menggarisbawahi bahwa pembawa sifat thalassemia itu tidak ada gejala khas. Terlihat normal seperti individu pada umumnya. Tidak tampak sakit, bahkan mampu mendonorkan darahnya untuk orang lain. Status pembawa sifat atau thalassemia minor ini umumnya diketahui oleh individu (orang tua) ketika sudah terjadi anak turunannya ternyata thalassemia mayor yang membutuhkan transfusi rutin perbulan selama hidupnya.
Selain masalah klinis yang sampai sekarang belum ada obat definitif, beban psikososial dan financial juga turut menyertai penderitaan anak dan orang tua dengan thalassemia. Bidan diharapkan menjadi ujung tombak sosialisasi thalassemia di masyarakat karena merekalah masyarakat kesehatan yang ada di setiap desa. Dengan menjadi edukator dan konselor di tingkat bawah, harapannya masyarakat akan semakin sadar dan secara sukarela memeriksakan status pembawa mutan thalassemia pada dirinya.
Dengan mengetahui status mutan pada kita atau anak kita, maka langkah selanjutnya adalah perencanaan pernikahan yang sehat dengan memilih pasangan yang tepat untuk masa depan bebas thalasemia. Thalassemia mayor atau thalassemia yang membutuhkan perawatan hanya bisa timbul jika kedua orang tua adalah sama-sama pembawa mutan, maka penting penekanan pencegahan untuk fokus dalam memberikan edukasi pernikahan yang tepat. Jika kita atau anak kita positif pembawa maka usahakan dalam melakukan pernikahan kelak mencari pasangan yang negatif. Banyumas goes to zero thalassemia 2030 diharapkan menjadi voluntary program dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat yang membawa kemaslahatan untuk umat.
Maju Terus Pantang Mundur, Tak Kenal Menyerah!